SENI
Seni pada mulanya adalah proses dari manusia, dan oleh karena itu
merupakan sinonim dari ilmu. Dewasa ini, seni bisa dilihat dalam
intisari ekspresi dari kreatifitas manusia. Seni sangat sulit untuk
dijelaskan dan juga sulit dinilai, bahwa masing-masing individu artis
memilih sendiri peraturan dan parameter yang menuntunnya atau kerjanya,
masih bisa dikatakan bahwa seni adalah proses dan produk dari memilih
medium, dan suatu set peraturan untuk penggunaan medium itu, dan suatu
set nilai-nilai yang menentukan apa yang pantas dikirimkan dengan
ekspresi lewat medium itu, untuk menyampaikan baik kepercayaan, gagasan,
sensasi, atau perasaan dengan cara seefektif mungkin untuk medium itu.
Sekalipun demikian, banyak seniman mendapat pengaruh dari orang lain
masa lalu, dan juga beberapa garis pedoman sudah muncul untuk mengungkap
gagasan tertentu lewat simbolisme dan bentuk (seperti bakung yang
bermaksud kematian dan mawar merah yang bermaksud cinta).
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Seni
SENI RUPA
Seni rupa adalah cabang seni yang membentuk karya seni dengan media
yang bisa ditangkap mata dan dirasakan dengan rabaan. Kesan ini
diciptakan dengan mengolah konsep garis, bidang, bentuk, volume, warna,
tekstur, dan pencahayaan dengan acuan estetika.
Seni rupa dibedakan ke dalam tiga kategori, yaitu seni rupa murni,
kriya, dan desain. Seni rupa murni mengacu kepada karya-karya yang hanya
untuk tujuan pemuasan eksresi pribadi, sementara kriya dan desain lebih
menitikberatkan fungsi dan kemudahan produksi.
Secara kasar terjemahan seni rupa di dalam Bahasa Inggris adalah fine
art. Namun sesuai perkembangan dunia seni modern, istilah fine art
menjadi lebih spesifik kepada pengertian seni rupa murni untuk kemudian
menggabungkannya dengan desain dan kriya ke dalam bahasan visual arts.
Bidang seni rupa
A. Seni rupa murni
* Seni lukis
* Seni grafis
* Seni patung
* Seni instalasi
* Seni pertunjukan
* Seni keramik
* Seni film
* Seni koreografi
* Seni fotografi
B. Desain
* Arsitektur
* Desain grafis
* Desain interior
* Desain busana
* Desain produk
C. Kriya
* Kriya tekstil
* Kriya kayu
* Kriya keramik
* Kriya rotan
SENI LUKIS
Seni lukis adalah salah satu induk dari seni rupa. Dengan dasar
pengertian yang sama, seni lukis adalah sebuah pengembangan yang lebih
utuh dari drawing.
1. Sejarah umum seni lukis
o 1.1 Zaman prasejarah
o 1.2 Seni lukis zaman klasik
o 1.3 Seni lukis zaman pertengahan
o 1.4 Seni lukis zaman Renaissance
o 1.5 Art Nouveau
2. Sejarah seni lukis di Indonesia
3. Aliran seni lukis
o 3.1 Surrealisme
o 3.2 Kubisme
o 3.3 Romantisme
o 3.4 Seni lukis daun
o 3.5 Aliran lain
4 Abstraksi
5 Pelukis terkenal Indonesia
Sejarah Umun Seni Lukis
Zaman prasejarah
Secara historis, seni lukis sangat terkait dengan gambar.
Peninggalan-peninggalan prasejarah memperlihatkan bahwa sejak ribuan
tahun yang lalu, nenek moyang manusia telah mulai membuat gambar pada
dinding-dinding gua untuk mencitrakan bagian-bagian penting dari
kehidupan mereka.
Semua kebudayaan di dunia mengenal seni lukis. Ini disebabkan karena
lukisan atau gambar sangat mudah dibuat. Sebuah lukisan atau gambar bisa
dibuat hanya dengan menggunakan materi yang sederhana seperti arang,
kapur, atau bahan lainnya. Salah satu teknik terkenal gambar prasejarah
yang dilakukan orang-orang gua adalah dengan menempelkan tangan di
dinding gua, lalu menyemburnya dengan kunyahan daun-daunan atau batu
mineral berwarna.
Hasilnya adalah jiplakan tangan berwana-warni di dinding-dinding gua
yang masih bisa dilihat hingga saat ini. Kemudahan ini memungkinkan
gambar (dan selanjutnya lukisan) untuk berkembang lebih cepat daripada
cabang seni rupa lain seperti seni patung dan seni keramik.
Seperti gambar, lukisan kebanyakan dibuat di atas bidang datar
seperti dinding, lantai, kertas, atau kanvas. Dalam pendidikan seni rupa
modern di Indonesia, sifat ini disebut juga dengan dwi-matra (dua
dimensi, dimensi datar). Seiring dengan perkembangan peradaban, nenek
moyang manusia semakin mahir membuat bentuk dan menyusunnya dalam
gambar, maka secara otomatis karya-karya mereka mulai membentuk semacam
komposisi rupa dan narasi (kisah/cerita) dalam karya-karyanya.
Objek yang sering muncul dalam karya-karya purbakala adalah manusia,
binatang, dan obyek-obyek alam lain seperti pohon, bukit, gunung,
sungai, dan laut. Bentuk dari obyek yang digambar tidak selalu serupa
dengan aslinya. Ini disebut citra dan itu sangat dipengaruhi oleh
pemahaman si pelukis terhadap obyeknya. Misalnya, gambar seekor banteng
dibuat dengan proporsi tanduk yang luar biasa besar dibandingkan dengan
ukuran tanduk asli. Pencitraan ini dipengaruhi oleh pemahaman si pelukis
yang menganggap tanduk adalah bagian paling mengesankan dari seekor
banteng. Karena itu, citra mengenai satu macam obyek menjadi
berbeda-beda tergantung dari pemahaman budaya masyarakat di daerahnya.
Pencitraan ini menjadi sangat penting karena juga dipengaruhi oleh
imajinasi. Dalam perkembangan seni lukis, imajinasi memegang peranan
penting hingga kini.
Pada mulanya, perkembangan seni lukis sangat terkait dengan
perkembangan peradaban manusia. Sistem bahasa, cara bertahan hidup
(memulung, berburu dan memasang perangkap, bercocok-tanam), dan
kepercayaan (sebagai cikal bakal agama) adalah hal-hal yang mempengaruhi
perkembangan seni lukis. Pengaruh ini terlihat dalam jenis obyek,
pencitraan dan narasi di dalamnya. Pada masa-masa ini, seni lukis
memiliki kegunaan khusus, misalnya sebagai media pencatat (dalam bentuk
rupa) untuk diulangkisahkan. Saat-saat senggang pada masa prasejarah
salah satunya diisi dengan menggambar dan melukis. Cara komunikasi
dengan menggunakan gambar pada akhirnya merangsang pembentukan sistem
tulisan karena huruf sebenarnya berasal dari simbol-simbol gambar yang
kemudian disederhanakan dan dibakukan.
Pada satu titik, ada orang-orang tertentu dalam satu kelompok
masyarakat prasejarah yang lebih banyak menghabiskan waktu untuk
menggambar daripada mencari makanan. Mereka mulai mahir membuat gambar
dan mulai menemukan bahwa bentuk dan susunan rupa tertentu, bila diatur
sedemikian rupa, akan nampak lebih menarik untuk dilihat daripada
biasanya. Mereka mulai menemukan semacam cita-rasa keindahan dalam
kegiatannya dan terus melakukan hal itu sehingga mereka menjadi semakin
ahli. Mereka adalah seniman-seniman yang pertama di muka bumi dan pada
saat itulah kegiatan menggambar dan melukis mulai condong menjadi
kegiatan seni.
Seni lukis zaman klasik
Seni lukis zaman klasik kebanyakan dimaksudkan untuk tujuan:
* Mistisme (sebagai akibat belum berkembangnya agama)
* Propaganda (sebagai contoh grafiti di reruntuhan kota Pompeii),
Di zaman ini lukisan dimaksudkan untuk meniru semirip mungkin
bentuk-bentuk yang ada di alam. Hal ini sebagai akibat berkembangnya
ilmu pengetahuan dan dimulainya kesadaran bahwa seni lukis mampu
berkomunikasi lebih baik daripada kata-kata dalam banyak hal. Selain
itu, kemampuan manusia untuk menetap secara sempurna telah memberikan
kesadaran pentingnya keindahan di dalam perkembangan peradaban.
Seni lukis zaman pertengahan
Sebagai akibat terlalu kuatnya pengaruh agama di zaman pertengahan,
seni lukis mengalami penjauhan dari ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan
dianggap sebagai sihir yang bisa menjauhkan manusia dari pengabdian
kepada Tuhan. Akibatnya, seni lukis pun tidak lagi bisa sejalan dengan
realitas.
Kebanyakan lukisan di zaman ini lebih berupa simbolisme, bukan
realisme. Sehingga sulit sekali untuk menemukan lukisan yang bisa
dikategorikan “bagus”.
Lukisan pada masa ini digunakan untuk alat propaganda dan religi.
Beberapa agama yang melarang penggambaran hewan dan manusia mendorong
perkembangan abstrakisme (pemisahan unsur bentuk yang “benar” dari
benda).
Namun sebagai akibat pemisahan ilmu pengetahuan dari kebudayaan
manusia, perkembangan seni pada masa ini mengalami perlambatan hingga
dimulainya masa renaissance.
Seni lukis zaman Renaissance
Berawal dari kota Firenze. Setelah kekalahan dari Turki, banyak
sekali ahli sains dan kebudayaan (termasuk pelukis) yang menyingkir dari
Bizantium menuju daerah semenanjung Italia sekarang.
Dukungan dari keluarga deMedici yang menguasai kota Firenze terhadap
ilmu pengetahuan modern dan seni membuat sinergi keduanya menghasilkan
banyak sumbangan terhadap kebudayaan baru Eropa.
Seni Rupa menemukan jiwa barunya dalam kelahiran kembali seni zaman
klasik. Sains di kota ini tidak lagi dianggap sihir, namun sebagai alat
baru untuk merebut kembali kekuasaan yang dirampas oleh Turki.
Pada akhirnya, pengaruh seni di kota Firenze menyebar ke seluruh Eropa hingga Eropa Timur.
Tokoh yang banyak dikenal dari masa ini adalah:
* Tomassi
* Donatello
*
Leonardo da Vinci
*
Michaelangelo
* Raphael
Art Nouveau
Revolusi Industri di Inggris telah menyebabkan mekanisasi di dalam
banyak hal. Barang-barang dibuat dengan sistem produksi massal dengan
ketelitian tinggi. Sebagai dampaknya, keahlian tangan seorang seniman
tidak lagi begitu dihargai karena telah digantikan kehalusan buatan
mesin.
Sebagai jawabannya, seniman beralih ke bentuk-bentuk yang tidak
mungkin dicapai oleh produksi massal (atau jika bisa, akan biaya
pembuatannya menjadi sangat mahal). Lukisan, karya-karya seni rupa, dan
kriya diarahkan kepada kurva-kurva halus yang kebanyakan terinspirasi
dari keindahan garis-garis tumbuhan di alam.
Sejarah seni lukis di Indonesia
Seni lukis modern
Indonesia
dimulai dengan masuknya penjajahan Belanda di Indonesia. Kecenderungan
seni rupa Eropa Barat pada zaman itu ke aliran romantisme membuat banyak
pelukis Indonesia ikut mengembangkan aliran ini. Awalnya pelukis
Indonesia lebih sebagai penonton atau asisten, sebab pendidikan kesenian
merupakan hal mewah yang sulit dicapai penduduk pribumi. Selain karena
harga alat lukis modern yang sulit dicapai penduduk biasa.
Raden Saleh Syarif Bustaman adalah salah seorang asisten yang cukup
beruntung bisa mempelajari melukis gaya Eropa yang dipraktekkan pelukis
Belanda.
Raden Saleh kemudian melanjutkan belajar melukis ke Belanda, sehingga
berhasil menjadi seorang pelukis Indonesia yang disegani dan menjadi
pelukis istana di beberapa negera Eropa.
Namun seni lukis Indonesia tidak melalui perkembangan yang sama
seperti zaman renaisans Eropa, sehingga perkembangannya pun tidak
melalui tahapan yang sama.
Era revolusi di Indonesia membuat banyak pelukis Indonesia beralih
dari tema-tema romantisme menjadi cenderung ke arah “kerakyatan”. Objek
yang berhubungan dengan keindahan alam Indonesia dianggap sebagai tema
yang mengkhianati bangsa, sebab dianggap menjilat kepada kaum kapitalis
yang menjadi musuh ideologi komunisme yang populer pada masa itu. Para
pelukis kemudian beralih kepada potret nyata kehidupan masyarakat kelas
bawah dan perjuangan menghadapi penjajah.
Selain itu, alat lukis seperti cat dan kanvas yang semakin sulit
didapat membuat lukisan Indonesia cenderung ke bentuk-bentuk yang lebih
sederhana, sehingga melahirkan abstraksi.
Gerakan Manifesto Kebudayaan yang bertujuan untuk melawan pemaksaan
ideologi komunisme membuat pelukis pada masa 1950an lebih memilih
membebaskan karya seni mereka dari kepentingan politik tertentu,
sehingga era ekspresionisme dimulai. Lukisan tidak lagi dianggap sebagai
penyampai pesan dan alat propaganda, namun lebih sebagai sarana
ekspresi pembuatnya. Keyakinan tersebut masih dipegang hingga saat ini.
Perjalanan seni lukis kita sejak perintisan R. Saleh sampai awal abad
XXI ini, terasa masih terombang-ambing oleh berbagai benturan konsepsi.
Kemapanan seni lukis Indonesia yang belum mencapai tataran
keberhasilan sudah diporak-porandakan oleh gagasan modernisme yang
membuahkan seni alternatif atau
seni kontemporer,
dengan munculnya seni konsep (conceptual art): “Installation Art”, dan
“Performance Art”, yang pernah menjamur di pelosok kampus perguruan
tinggi seni sekitar 1993-1996. Kemudian muncul berbagai alternatif
semacam “kolaborasi” sebagai mode 1996/1997. Bersama itu pula seni lukis
konvensional dengan berbagai gaya menghiasi galeri-galeri, yang bukan
lagi sebagai bentuk apresiasi terhadap masyarakat, tetapi merupakan
bisnis alternatif investasi.[rujukan?]
Aliran seni lukis
Surrealisme
Lukisan dengan aliran ini kebanyakan menyerupai bentuk-bentuk yang
sering ditemui di dalam mimpi. Pelukis berusaha untuk mengabaikan bentuk
secara keseluruhan kemudian mengolah setiap bagian tertentu dari objek
untuk menghasilkan sensasi tertentu yang bisa dirasakan manusia tanpa
harus mengerti bentuk aslinya.
Kubisme
Adalah aliran yang cenderung melakukan usaha abstraksi terhadap objek
ke dalam bentuk-bentuk geometri untuk mendapatkan sensasi tertentu.
Salah satu tokoh terkenal dari aliran ini adalah
Pablo Picasso.
Romantisme
Merupakan aliran tertua di dalam sejarah seni lukis modern Indonesia.
Lukisan dengan aliran ini berusaha membangkitkan kenangan romantis dan
keindahan di setiap objeknya. Pemandangan alam adalah objek yang sering
diambil sebagai latar belakang lukisan.
Romantisme dirintis oleh pelukis-pelukis pada zaman penjajahan
Belanda dan ditularkan kepada pelukis pribumi untuk tujuan koleksi dan
galeri di zaman kolonial. Salah satu tokoh terkenal dari aliran ini
adalah
Raden Saleh.
Seni lukis daun
Adalah aliran seni lukis kontemporer, dimana lukisan tersebut
menggunakan daun tumbuh-tumbuhan, yang diberi warna atau tanpa pewarna.
Seni lukis ini memanfaatkan sampah daun tumbuh-tumbuhan, dimana daun
memiliki warna khas dan tidak busuk jika ditangani dengan benar.
senidaun.wordpress.com
Aliran lain
*
Ekspresionisme
*
Impresionisme
*
Fauvisme
* Neo-Impresionisme
*
Realisme
*
Naturalisme
*
De Stijl
Abstraksi
Adalah usaha untuk mengesampingkan unsur bentuk dari lukisan. Teknik
abstraksi yang berkembang pesat seiring merebaknya seni kontemporer saat
ini berarti tindakan menghindari peniruan objek secara mentah. Unsur
yang dianggap mampu memberikan sensasi keberadaan objek diperkuat untuk
menggantikan unsur bentuk yang dikurangi porsinya.
Pelukis terkenal Indonesia
*
Affandi
* Agus Djaya
*
Barli Sasmitawinata
*
Basuki Abdullah
* Djoko Pekik
* Dullah
*
Hendra Gunawan
*
Herry Dim
* Jeihan
*
Kartika Affandi
*
Lee Man Fong
* Mario Blanco
* Otto Djaya
* Popo Iskandar
* Raden Saleh
* S. Sudjojono
* Srihadi
* Sri Warso Wahono
* Trubus
SENI GRAFIS
Seni grafis adalah cabang seni rupa yang proses pembuatan karyanya
menggunakan teknik cetak, biasanya di atas kertas. Kecuali pada teknik
Monotype, prosesnya mampu menciptakan salinan karya yang sama dalam
jumlah banyak, ini yang disebut dengan proses cetak. Tiap salinan karya
dikenal sebagai ‘impression’. Lukisan atau drawing, di sisi lain,
menciptakan karya seni orisinil yang unik. Cetakan diciptakan dari
permukaan sebuah bahan , secara teknis disebut dengan matrix. Matrix
yang umum digunakan adalah: plat logam, biasanya tembaga atau seng untuk
engraving atau etsa; batu digunakan untuk litografi; papan kayu untuk
woodcut/cukil kayu. Masih banyak lagi bahan lain yang digunakan dalam
karya seni ini. Tiap-tiap hasil cetakan biasanya dianggap sebagai karya
seni orisinil, bukan sebuah salinan. Karya-karya yang dicetak dari
sebuah plat menciptakan sebuah edisi, di masa seni rupa modern
masing-masing karya ditandatangani dan diberi nomor untuk menandai bahwa
karya tersebut adalah edisi terbatas.
Gunung Fuji, dari Tiga puluh Enam Pemandangan Gunung Fuji), cukilan kayu berwarna karya Katsushika Hokusai
Daftar isi
* 1 Media
* 2 Warna
* 3 Teknik
o 3.1 Tinjauan Umum
o 3.2 Cukil Kayu
o 3.3 Engraving
o 3.4 Etsa
o 3.5 Mezzotint
o 3.6 Aquatint
o 3.7 Drypoint
o 3.8 Litografi
o 3.9 Cetak Saring
o 3.10 Cetak Digital
* 4 Lihat pula
o 4.1 Seniman Grafis
o 4.2 Seniman grafis Indonesia
Media
Seniman grafis berkarya menggunakan berbagai macam media dari yang
tradisional sampai kontemporer, termasuk tinta ber-basis air, cat air,
tinta ber-basis minyak, pastel minyak, dan pigmen padat yang larut dalam
air seperti crayon Caran D’Ache. Karya seni grafis diciptakan di atas
permukaan yang disebut dengan plat. Teknik dengan menggunakan metode
digital menjadi semakin populer saat ini. Permukaan atau matrix yang
dipakai dalam menciptakan karya grafis meliputi papan kayu, plat logam,
lembaran kaca akrilik, lembaran linoleum atau batu litografi. Teknik
lain yang disebut dengan serigrafi atau cetak saring (screen-printing)
menggunakan lembaran kain berpori yang direntangkan pada sebuah
kerangka, disebut dengan screen. Cetakan kecil bahkan bisa dibuat dengan
menggunakan permukaan kentang atau ketela.
Warna
Pembuat karya grafis memberi warna pada cetakan mereka dengan banyak
cara. Seringkali pewarnaannya — dalam etsa, cetak saring, cukil kayu
serta linocut — diterapkan dengan menggunakan plat, papan atau screen
yang terpisah atau dengan menggunakan pendekatan reduksionis. Dalam
teknik pewarnaan multi-plat, terdapat sejumlah plat, screen atau papan,
yang masing-masing menghasilkan warna yang berbeda. Tiap plat, screen
atau papan yang terpisah akan diberi tinta dengan warna berbeda kemudian
diterapkan pada tahap tertentu untuk menghasilkan keseluruhan gambar.
Rata-rata digunakan 3 sampai 4 plat, tapi adakalanya seorang seniman
grafis menggunakan sampai dengan tujuh plat. Tiap penerapan warna akan
berinteraksi dengan warna lain yang telah diterapkan pada kertas, jadi
sebelumnya perlu dipikirkan pemisahan warna. Biasanya warna yang paling
terang diterapkan lebih dulu kemudian ke warna yang lebih gelap.
Pendekatan reduksionis untuk menghasilkan warna dimulai dengan papan
kayu atau lino yang kosong atau dengan goresan sederhana. Kemudian
seniman mencukilnya lebih lanjut, memberi warna lain dan mencetaknya
lagi. Bagian lino atau kayu yang dicukil akan mengekspos (tidak menimpa)
warna yang telah tercetak sebelumnya.
Pada teknik grafis seperti chine-collé atau monotype, pegrafis
kadang-kadang hanya mengecat warna seperti pelukis kemudian dicetak.
Konsep warna subtraktif yang juga digunakan dalam cetak offset atau
cetak digital, di dalam software vektorial atau bitmap ditampilkan dalam
CMYK atau ruang warna lain.
Teknik
Tinjauan Umum
Teknik seni grafis dapat dibagi dalam kategori dasar sebagai berikut:
* Cetak relief, di mana tinta berada pada permukaan asli dari matrix.
teknik relief meliputi: cukil kayu, engraving kayu, cukil
linoleum/linocut, dan cukil logam/metalcut.
* Intaglio, tinta berada di bawah permukaan matrix. teknik ini
meliputi: engraving, etsa, mezzotint, aquatint, chine-collé dan
drypoint;
* planografi di mana matrix permukaannya tetap, hanya mendapat
perlakuan khusus pada bagian tertentu untuk menciptakan image/gambar.
teknik ini meliputi: litografi, monotype dan teknik digital
* stensil, termasuk cetak saring dan pochoir.
Teknik lain dalam seni grafis yang tidak temasuk dalam kelompok ini
adalah ‘kolografi’ (teknik cetak menggunakan kolase), proses digital
termasuk giclée, medium fotografi serta kombinasi proses digital dan
konvensional.
Kebanyakan dari teknik di atas bisa juga dikombinasikan, khususnya
yang berada dalam kategori sama. Misalnya, karya cetak Rembrandt
biasanya secara mudah disebut dengan “etsa”, tapi seringkali dipakai
juga teknik engraving dan drypoint, dan bahkan kadang-kadang tidak ada
etsa-nya sama sekali.
Cukil Kayu
Cukil kayu , adalah salah satu teknik cetak relief, merupakan teknik
seni grafis paling awal, dan merupakan satu-satunya yang dipakai secara
tradisional di Asia Timur. Kemungkinan pertama kali dikembangkan sebagai
alat untuk menciptakan pola cetak pada kain, dan pada abad ke-5 dipakai
di Tiongkok untuk mencetak teks dan gambar pada kertas. Teknik cukil
kayu di atas kertas dikembangkan sekitar tahun 1400 di Eropa, dan
beberapa waktu kemudian di Jepang. Di dua tempat ini, teknik cukil kayu
banyak digunakan untuk proses membuat gambar tanpa teks.
Seniman membuat skets terlebih dulu pada sebidang papan kayu, atau di
kertas yang kemudian ditransfer ke papan kayu. Tradisionalnya, seniman
kemudian menyerahkan rancangannya ke ahli cukil khusus, yang menggunakan
peralatan tajam untuk mencukil bagian papan yang tidak akan terkena
tinta. Bagian permukaan tinggi dari papan kemudian diberi tinta dengan
menggunakan roller, lalu lembaran kertas, yang mungkin sedikit lembab,
ditaruh di bawah papan. Kemudian papan digosok dengan baren (alat yang
digunakan di Jepang) atau sendok, atau melalui alat press. Jika memakai
beberapa warna, papan yang terpisah dipakai untuk tiap warna.
Seniman yang menggunakan teknik ini:
Albrecht Dürer, Werner Drewes, Hiroshige, Hokusai.
“Melancholia I”, engraving karya Albrecht Dürer, salah seorang seniman grafis.
Engraving
Proses ini dikembangkan di Jerman sekitar tahun 1430 dari engraving
(ukiran halus) yang digunakan oleh para tukang emas untuk mendekorasi
karya mereka. penggunaan alat yang disebut dengan burin merupakan
ketrampilan yang rumit.
Pembuat engraving memakai alat dari logam yang diperkeras yang
disebut dengan burin untuk mengukir desain ke permukaan logam,
tradisionalnya memakai plat tembaga. Alat ukir tersebut memiliki
bermacam-macam bentuk dan ukuran menghasilkan jenis garis yang
berbeda-beda.
Seluruh permukaan plat diberi tinta, kemudian tinta dibersihkan dari
permukaan, yang tertinggal hanya tinta yang berada di garis yang diukir.
Kemudian plat ditaruh pada alat press bertekanan tinggi bersama dengan
lembaran kertas (seringkali dibasahi untuk melunakkan). Kertas kemudian
mengambil tinta dari garis engraving (bagian yang diukir), menghasilkan
karya cetak.
Etsa
“Tidurnya Pikiran menciptakan monster-monster” etsa dan aquatint karya Francisco Goya
Etsa adalah bagian dari kelompok teknik intaglio bersama dengan
engraving, drypoint, mezzotint dan aquatint. Proses ini diyakini bahwa
penemunya adalah Daniel Hopfer (sekitar 1470-1536) dari Augsburg,
Jerman, yang mendekorasi baju besinya dengan teknik ini. Etsa kemudian
menjadi tandingan engraving sebagai medium seni grafis yang populer.
Kelebihannya adalah, tidak seperti engraving yang memerlukan ketrampilan
khusus dalam pertukangan logam, etsa relatif mudah dipelajari oleh
seniman yang terbiasa menggambar.
Hasil cetakan etsa umumnya bersifat linear dan seringkali memiliki
detail dan kontur halus. Garis bervariasi dari halus sampai kasar.
Teknik etsa berlawanan dengan teknik cukil kayu, pada etsa bagian
permukaan tinggi bebas tinta, bagian permukaan rendah menahan tinta.
Mula-mula selembar plat logam (biasanya tembaga, seng atau baja) ditutup
dengan lapisan semacam lilin. Kemudian seniman menggores lapisan
tersebut dengan jarum etsa yang runcing, sehingga bagian logamnya
terbuka. Plat tersebut lalu dicelupkan dalam larutan asam atau larutan
asam disapukan di atasnya. Asam akan mengikis bagian plat yang digores
(bagian logam yang terbuka/tak terlapisi). Setelah itu, lapisan yang
tersisa dibersihkan dari plat, dan proses pencetakan selanjutnya sama
dengan proses pada engraving.
Tiga Salib, etsa karya Rembrandt
Seniman yang menggunakan teknik ini:
Albrecht Dürer, Rembrandt, Francisco Goya, Whistler, Jim Dine, Otto
Dix, James Ensor, Lucian Freud, Paul Klee, Einar Hakonarson, Edward
Hopper, Horst Janssen, Käthe Kollwitz, Mauricio Lasansky, Brice Marden,
Henri Matisse, Giorgio Morandi, Pablo Picasso, Peter Milton, Paula Rego
and Cy Twombly.
Mezzotint
Salah satu cara lain dalam teknik intaglio di mana plat logam
terlebih dahulu dibuat kasar permukaannya secara merata; gambar
dihasilkan dengan mengerok halus permukaan, menciptakan gambar yang
dibuat dari gelap ke terang. Mungkin juga menciptakan gambar hanya
dengan mengkasarkan bagian tertentu saja, bekerja dari warna terang ke
gelap.
Mezzotint dikenal karena kualitas tone-nya yang kaya: pertama, karena
permukaan yang dikasarkan secara merata menahan banyak tinta,
menghasilkan warna cetak yang solid; kedua, karena proses penghalusan
tekstur dengan menggunakan burin, atau alat lain menghasilkan gradasi
halus untuk mengembangkan tone.
Metode mezzotint ditemukan oleh Ludwig von Siegen (1609-1680). Proses
ini dipakai secara luas di Inggris mulai pertengahan abad delapanbelas,
untuk mereproduksi foto dan lukisan.
Aquatint
Adalah variasi dari etsa. Seperti etsa, aquatint menggunakan asam
untuk membuat gambar cetakan pada plat logam. Pada teknik etsa digunakan
jarum untuk menciptakan garis yang akan menjadi warna tinta pekat,
aquatint menggunakan serbuk resin yang tahan asam untuk menciptakan efek
tonal.
Kebanyakan karya-karya grafis Goya menggunakan teknik aquatint.
Drypoint
Merupakan variasi dari engraving, dikerjakan dengan alat runcing,
bukan dengan alat burin berbentuk “v”. Sementara garis pada engraving
sangat halus dan bertepi tajam, goresan drypoint meninggalkan kesan
kasar pada tepi garis. Kesan ini memberi ciri kualitas garis yang lunak,
dan kadang-kadang berkesan kabur, pada drypoint. Karena tekanan alat
press dengan cepat merusak kesan tersebut, drypoint hanya berguna untuk
jumlah edisi yang sangat kecil; sekitar sepuluh sampai duapuluh karya.
Untuk mengatasi ini, penggunaan electro-plating (pelapisan secara
elektrik dengan bahan logam lain) telah dilakukan sejak abad
sembilanbelas untuk mengeraskan permukaan plat.
Teknik ini kelihatannya ditemukan oleh seorang seniman Jerman selatan
abad limabelas yang memiliki julukan Housebook Master, di mana semua
karya-karyanya menggunakan drypoint. Di antara seniman old master print
yang menggunakan teknik ini: Albrecht Dürer memproduksi 3 karya drypoint
sebelum akhirnya berhenti menggunakannya; Rembrandt sering
menggunakannya, tapi biasanya digabungkan etsa dan engraving.
Litografi
La Goulue, Poster litografi karya Toulouse-Lautrec.
Litografi adalah teknik yang ditemukan pada tahun 1798 oleh Alois
Senefelder dan didasari pada sifat kimiawi minyak dan air yang tak bisa
bercampur. Digunakan permukaan berpori, biasanya sejenis batu yang
disebut limestone/batu kapur; gambar dibuat pada permukaan batu dengan
medium berminyak. Kemudian dilakukan pengasaman , untuk mentransfer
minyak ke batu, sehingga gambar ‘terbakar’ pada permukaan. Lalu dilapisi
gum arab, bahan yang larut air, menutupi permukaan batu yang tidak
tertutupi medium gambar (yang berbasis minyak). Batu lantas dibasahi,
air akan berada pada bagian permukaan yang tidak tertutup medium gambar
berbasis minyak tadi; selanjutnya batu di-roll dengan tinta berbasis
minyak ke seluruh permukaan; karena air menolak sifat minyak pada tinta
maka tinta hanya menempel pada bagian gambar yang berminyak. Kemudian
selembar kertas lembab diletakkan pada permukaan, image/gambar
ditransfer ke kertas dengan menggunakan alat press. Teknik litografi
dikenal dengan kemampuannya menangkap gradasi halus dan detail yang
sangat kecil.
Variasi dari teknik ini adalah adalah foto-litografi, di mana gambar
ditangkap lewat proses fotografis pada plat logam; kemudian pencetakan
dilakukan dengan cara yang sama.
Seniman yang menggunakan teknik ini:
George Bellows, Pierre Bonnard, Honoré Daumier, M.C. Escher,
Ellsworth Kelly, Willem de Kooning, Joan Miró, Edvard Munch, Emil Nolde,
Pablo Picasso, Odilon Redon, Henri de Toulouse-Lautrec and Stow
Wengenroth
Cetak Saring
Cetak saring dikenal juga dengan sablon atau serigrafi menciptakan
warna padat dengan menggunakan teknik stensil. Mula-mula seniman
menggambar berkas pada selembar kertas atau plastik (kadang-kadang
dipakai juga film.) Gambar kemudian dilubangi untuk menciptakan stensil.
(Bagian yang berlubang adalah bagian yang akan diwarnai.) Sebuah screen
dibuat dari selembar kain (asalnya dulu menggunakan sutra) yang
direntangkan pada rangka kayu. Selanjutnya stensil ditempelkan pada
screen. Kemudian screen diletakkan di atas kertas kering atau kain.
Tinta dituangkan di sisi dalam screen. Sebuah rakel dari karet digunakan
untuk meratakan tinta melintasi screen, di atas stensil, dan menuju ke
kertas atau kain. Screen diangkat ketika gambar sudah ditransfer ke
kertas/kain. Tiap warna memerlukan stensil yang terpisah. Screen bisa
dipakai lagi setelah dibersihkan.
Seniman yang menggunakan teknik ini:
Josef Albers, Chuck Close, Ralston Crawford, Robert Indiana, Roy
Lichtenstein, Julian Opie, Robert Rauschenberg, Bridget Riley, Edward
Ruscha, dan Andy Warhol.
Cetak Digital
Cetak digital merujuk pada image/citra yang diciptakan dengan
komputer menggunakan gambar, teknik cetak lain, foto, light pen serta
tablet, dan sebagainya. Citra tersebut bisa dicetak pada bahan yang
bervariasi termasuk pada kertas, kain atau kanvas plastik. Reproduksi
warna yang akurat merupakan kunci yang membedakan antara digital print
berkualitas tinggi dengan yang berkualitas rendah. Warna metalik (emas,
perak) sulit untuk direproduksi secara akurat karena akan
memantul-balikkan sinar pada scanner digital. Cetak digital berkualitas
tinggi biasanya direproduksi dengan menggunakan file data ber-resolusi
sangat tinggi dengan printer ber-presisi tinggi.
Cetak digital bisa dicetak pada kertas printer desktop standar dan
kemudian ditransfer ke art paper tradisional (misalnya, Velin Arch atau
Stonehenge 200gsm). Salah satu cara mentransfer berkas adalah dengan
meletakkan hasil cetakan menghadap permukaan, art paper kemudian diolesi
dengan Wintergreen oil di belakang cetakan, kemudian dipress.
Sosiolog Jean Baudrillard memiliki pengaruh besar dalam seni grafis
digital lewat teori yang diuraikannya dalam Simulacra and Simulation.
Seniman yang menggunakan teknik ini:
Istvan Horkay,Zazie (seniman surrealis)
Seniman Grafis
* Valenti Angelo
* Werner Drewes
* Albrecht Dürer
* Andy English
* M. C. Escher
* Edith Frohock
* Jane Hammond
* Stanley William Hayter
* Mauricio Lasansky
* Edvard Munch
* Frank Stella
* Peter Stent
*
Rembrandt van Rijn
* Stow Wengenroth
Seniman grafis Indonesia
*
Firman Lie
*
Kaboel Suadi
* Suromo
http://id.wikipedia.org/wiki/Seni_grafis
Kategori: Seni grafis
SENI PATUNG
Seni patung adalah cabang seni rupa yang hasil karyanya berwujud tiga
dimensi. Biasanya diciptakan dengan cara memahat, modeling (misalnya
dengan bahan tanah liat) atau kasting (dengan cetakan).
Daftar isi
* 1 Sejarah
o 1.1 Asia
o 1.2 Afrika
+ 1.2.1 Mesir
o 1.3 Eropa
+ 1.3.1 Romawi Yunani Klasik
+ 1.3.2 Periode Gothik
+ 1.3.3 Renaissance
+ 1.3.4 Modernisme
o 1.4 Seni Patung Kontemporer
* 2 Seni Patung di Indonesia
* 3 Pematung Indonesia
Sejarah
Asia
Berbagai macam jenis patung terdapat di banyak wilayah yang berbeda
di Asia, biasanya dipengaruhi oleh agama Hindu dan Buddha. Sejumlah
besar patung Hindu di Kamboja dijaga kelestariannya di Angkor, akan
tetapi penjarahan terorganisir yang terjadi berdampak besar pada banyak
situs peninggalan di negara itu. Lihat juga
Angkor Wat.
Di Thailand, kebanyakan patung dikhususkan pada bentuk Buddha. Di
Indonesia, patung-patung yang dipengaruhi agama Hindu banyak ditemui di
situs
Candi Prambanan dan berbagai tempat di pulau Bali. Sedangkan pengaruh agama Buddha ditemui di situs
Candi Borobudur.
Di India, karya patung pertama kali ditemukan di peradaban Lembah
Indus (3300-1700) SM. Ini adalah salah satu contoh awal karya patung di
dunia. Kemudian, setelah Hinduisme, Buddhisme dan Jainisme berkembang
lebih jauh, India menciptakan patung-patung tembaga serta pahatan batu
dengan tingkat kerumitan yang besar, seperti yang terdapat pada
hiasan-hiasan kuil Hindu, Jain dan Buddha.
Artifak-artifak yang ditemukan di Republik Rakyat Cina berasal dari
sekitar tahun 10.000 SM. Kebanyakan karya patung Tiongkok yang dipajang
di museum berasal dari beberapa periode sejarah, Dinasti Zhou (1066-221
SM) menghasilkan bermacam-macam jenis bejana perunggu cetak dengan
hiasan yang rumit. Dinasti Qin (221-206 SM) yang terkenal dengan patung
barisan tentara yang dibuat dari terracota. Dinasti Han (206 SM – 220AD)
dengan patung-patung figur yang mengesankan kekuatan. Patung Buddha
pertama ditemui pada periode Tiga Kerajaan (abad ketiga). Yang dianggap
sebagai zaman keemasan Tiongkok adalah periode Dinasti Tang, pada saat
perang saudara, patung-patung figur dekoratif dibuat dalam jumlah banyak
dan diekspor untuk dana peperangan. Kemudian setelah akhir Dinasti Ming
(akhir abad 17) hampir tidak ada patung yang dikoleksi museum, lebih
banyak berupa perhiasan, batu mulia, atau gerabah–dan pada abad 20 yang
gegap gempita sama sekali tidak ada karya yang dikenali sebagai karya
patung, meskipun saat itu terdapat sekolah patung yang bercorak sosial
realis pengaruh Soviet di awal dekade rezim komunis, dan pada pergantian
abad, para pengrajin Tiongkok mulai mendominasi genre karya patung
komersial (patung figur miniatur, mainan dsb) dan seniman garda depan
Tiongkok mulai berpartisipasi dalam seni kontemporer Eropa Amerika.
Di Jepang, karya patung dan lukisan yang tak terhitung banyaknya,
seringkali di bawah sponsor pemerintah. Kebanyakan patung di Jepang
dikaitkan dengan agama, dan seiring dengan berkurangnya peran tradisi
Buddhisme, jenis penggunaan bahannya juga berkurang. Selama periode
Kofun (abad ketiga), patung tanah liat yang disebut haniwa didirikan di
luar makam. Di dalam Kondo yang berada di Horyu-ji terdapat Trinitas
Shaka (623), patung Buddha yang berupa dua bodhisattva serta patung yang
disebut dengan Para Raja Pengawal Empat Arah. Patung kayu (abad 9)
mengambarkan Shakyamuni, salah satu bentuk Buddha, yang menghiasi
bangunan sekunder di Muro-ji, adalah ciri khas dari patung awal periode
Heian, dengan tubuh berat, dibalut lipatan draperi tebal yang dipahat
dengan gaya hompa-shiki (ombak bergulung), serta ekspresi wajah yang
terkesan serius dan menarik diri. Sekolah seni patung Kei, menciptakan
gaya patung baru dan lebih realistik.
Afrika
Seni rupa di Afrika memiliki penekanan pada seni patung. Para seniman
Afrika cenderung lebih menyukai karya tiga dimensi dibandingkan dengan
dua dimensi. Meskipun para antropolog berpendapat bahwa patung yang
mula-mula dikenal di Afrika berasal dari kebudayaan Nok di Nigeria
sekitar tahun 500 SM, karya-karya seni Afrika Pharaonic (berkaitan
dengan zaman Mesir kuno), kurun waktunya lebih awal daripada periode
Nok. Patung logam yang berasal dari bagian timur Afrika barat, seperti
Benin, dianggap sebagai yang terbaik yang pernah dihasilkan.
Patung diciptakan dan disimbolkan mencerminkan tempat asal di mana
patung tersebut dibuat. Berdasarkan bahan dan teknik yang digunakan
serta fungsinya, karya patung berlainan dari satu daerah ke daerah lain.
Di Afrika Barat figur patung memiliki tubuh memanjang, bentuk
bersudut, dan tampilan wajah yang lebih merepresentasi bentuk ideal
daripada individual. Figur-figur tersebut dipakai dalam ritual keagamaan
dan seringkali permukaannya dilapisi bahan lewat upacara sesaji.
Berlawanan dengan ini adalah patung yang diciptakan oleh penduduk Afrika
Barat yang berbahasa Mande. Patung karya mereka terbuat dari kayu
memiliki permukaan melebar dan rata sementara lengan dan kakinya
berbentuk seperti silinder.
Di Afrika Tengah ciri khasnya termasuk wajah yang berbentuk seperti
hati yang melengkung ke dalam serta pola lingkaran dan titik. Meskipun
beberapa kelompok lebih menyukai penciptaan wajah dengan bentuk
geometris dan bersudut. Bahan yang digunakan adalah kayu, yang paling
banyak digunakan, juga gading, tulang, batu, tanah liat serta logam.
Kawasan Afrika Tengah memiliki gaya patung yang menyolok yang dengan
mudah dapat diidentifikasi dari mana asal patung itu dibuat.
Satu jenis karya tiga dimensi yang dibuat di kawasan Afrika Timur
adalah patung tiang. Tiang dipahat berbentuk manusia dan dihias dengan
bentuk-bentuk geometris, sementara bagian puncaknya dipahat dengan figur
orang, binatang atau objek-objek lain. Tiang ini ditaruh di dekat makam
dan diasosiasikan dengan kematian.
Patung figur dari tanah liat tertua yang dikenal di Afrika Selatan
berasal dari tahun 400 sampai 600 AD dan memiliki kepala berbentuk
silindris. Figur dari tanah liat ini memiliki tampilan berupa gabungan
antara manusia dan binatang. Selain patung tanah liat ada juga sandaran
kepala dari kayu yang dikuburkan bersama pemiliknya dalam makam.
Sandaran kepala ini berupa bentuk geometris atau figur binatang.
Mesir
Lihat juga Seni Mesir kuno
Karya seni patung Mesir kuno dikembangkan untuk merepresentasikan
dewa-dewa Mesir kuno, juga para Fir’aun, dalam bentuk fisik.
Aturan-aturan yang sangat ketat diikuti ketika menciptakan karya patung;
patung laki-laki dibuat lebih gelap daripada patung perempuan; dalam
patung berposisi duduk , tangan harus diletakkan pada lutut dan
aturan-aturan tertentu dalam menggambarkan para dewa. Peringkat artistik
didasari atas kesesuaian dengan aturan, dan aturan tersebut diikuti
secara ketat selama ribuan tahun, sehingga penampilan patung tidak
banyak berubah kecuali selama periode singkat semasa pemerintahan
Akhenaten dan Nefertiti, diperbolehkan penggambaran secara naturalistik.
Eropa
Romawi Yunani Klasik
Seni patung klasik Eropa merujuk pada seni patung dari zaman Yunani
Kuno, Romawi kuno serta peradaban Helenisasi dan Romanisasi atau
pengaruh mereka dari sekitar tahun 500 SM sampai dengan kejatuhan Roma
di tahun 476 AD, istilah patung klasik juga dipakai untuk patung modern
yang dibuat dengan gaya klasik. Patung-patung klasik Eropa memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:
1. Figur badan penuh: berupa laki-laki muda atletis atau wanita telanjang.
2. Portrait: menunjukkan tanda-tanda usia atau karakter yang kuat.
3. Memakai kostum serta atribut dewa-dewi klasik
4. Peduli dengan naturalisme didasari dengan observasi, seringkali memakai model sungguhan.
Bentuk patung telanjang biasanya diterima secara luas oleh
masyarakat, didasari pada lamanya tradisi yang mendukungnya. Tapi
adakalanya, ada yang berkeberatan dengan tema ketelanjangan ini,
biasanya dari kalangan fundamentalis moral dan relijius. Contohnya,
beberapa patung Yunani koleksi Vatikan dihilangkan penisnya.
Periode Gothik
Mata rantai yang menghubungkan seni, dalam hal ini adalah arsitektur,
Eropa zaman pertengahan (Gothik) dengan seni arsitektur Romawi disebut
dengan periode Romanesque. Karya seni patung Gothik awal adalah dari
pengaruh agama Kristen, serta lahir dari dinding gereja dan biara.
Patung yang terdapat di Chartres Cathedral (sekitar th. 1145) di
Perancis merupakan karya patung awal zaman Gothik. Di Jerman, terdapat
di Cathedral Bamberg dari tahun 1225. Di Inggris, karya patung hanya
terbatas pada yang dipakai pada batu nisan serta dekorasi non figur
(sebagian ini disebabkan karena ikonoklasme Cistercian). Di Italia,
masih dipengaruh bentuk-bentuk zaman klasik, seperti yang terdapat pada
mimbar Baptistery di Pisa serta di Siena.
Renaissance
Pada zaman renaissance, seni patung juga turut dihidupkan kembali,
bahkan dalam beberapa kasus lebih dulu dibandingkan dengan karya seni
lain. Salah satu tokoh penting dalam masa ini adalah Donatello, dengan
karya patung perunggunya, David (jangan rancu dengan David-nya
Michelangelo). Ini merupakan karya patung awal zaman Renaissance.
Demikian juga dengan Michelangelo yang selain membuat patung David, juga
membuat Pietà. Patung David dari Michelangelo merupakan satu contoh
gaya kontraposto dalam menggambarkan figur manusia. Masih ada beberapa
periode dari zaman renaissance ke modernisme yang dipengaruhi oleh
perubahan politik, gerakan kebudayaan atau hal lain, yaitu periode
mannerisme, baroque dan neo klasik.
Modernisme
Auguste Rodin
merupakan salah satu pematung Eropa terkenal dari awal abad 20. Ia
seringkali disebut sebagai seniman patung Impresionis. Seni patung
modern klasik kurang berminat pada naturalisme, detail anatomi atau
kostum dan lebih tertarik pada stilisasi bentuk, demikian juga pada
irama volume dan ruang. Seiring dengan perkembangan waktu, gaya seni
patung modern klasik kemudian diadopsi oleh dua penguasa totalitarian
Eropa: Nazi Jerman dan Uni Soviet. Sementara di kawasan Eropa lain, gaya
ini berubah menjadi bersifat dekoratif/art deco (Paul Manship, Carl
Milles), stilisasi abstrak
(Henry Moore,
Alberto Giacometti) atau lebih ekspresif. Gerakan modernis dalam karya
seni patung menghasilkan karya Kubisme, Futurisme, Minimalisme,
Instalasi dan Pop art.
Seni Patung Kontemporer
Patung domba
Di zaman sekarang dimana
seni kontemporer
mulai berkembang pesat, patung bisa menjadi semacam ‘seni pertunjukan’.
Misalnya di beberapa tempat seperti Tiongkok, Jepang, Kanada, Swedia
dan Rusia diadakan festival patung es yang diselenggarakan secara
berkala. Istilah patung kinetik dipakai untuk patung yang dirancang
untuk bisa bergerak. Beberapa seniman yang membuat karya patung kinetik
adalah:
Marcel Duchamp, Alexander Calder, George Rickey dan
Andy Warhol.
Seni Patung di Indonesia
Pematung Indonesia
*
Dolorosa Sinaga
* Edhi Sunarso
*
Gregorius Sidharta
*
I Nyoman Nuarta
Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Seni_patung
SENI INSTALASI
Seni instalasi (installation = pemasangan) adalah seni yang memasang,
menyatukan, dan mengkontruksi sejumlah benda yang dianggap bisa merujuk
pada suatu konteks kesadaran makna tertentu. Biasanya makna dalam
persoalan-persoalan sosial-politik dan hal lain yang bersifat
kontemporer diangkat dalam konsep seni instalasi ini.
Seni instalasi dalam konteks visual merupakan perupaan yang
menyajikan visual tiga dimensional yang memperhitungkan elemen-elemen
ruang, waktu, suara, cahaya, gerak dan interaksi spektator (pengunjung
pameran) sebagai konsepsi akhir dari olah rupa.
Tokoh
* Marina Abramović
* Vito Acconci
* Gustavo Aguerre
* Artur Barrio
* Sylvie Bélanger
* Maurice Benayoun
* Guillaume Bijl
* Christian Boltanski
* Christoph Büchel
* Stefano Cagol
* Janet Cardiff
* Marco Casagrande
* The Chapman Brothers
* Bruce Charlesworth
* Judy Chicago
* Christo and Jeanne-Claude
* Anne Cleary
* Denis Connolly
* Mark Divo
* Pascal Dombis
* John Duncan (artist)
* Leif Elggren
* Olafur Eliasson
* Shahram Entekhabi
* Ingrid Falk
* John Fekner
* James Robert Ford
* Ignazio Fresu
* Bernhard Gal
* Valery Grancher
* Ann Hamilton
* Mona Hatoum
* Carl Michael von Hausswolff
* Gottfried Helnwein
* Robert Irwin
* Mark Jenkins
* Ilya Kabakov
* Kazuo Katase
* Jonathon Keats
* Mike Kelley
* Ed Kienholz
* Meeli Kõiva
* Barbara Kruger
* Janis Kounellis
* Wolfgang Laib
* Matthieu Laurette
* Lennie Lee
* Richard Long
* Mary Lucier
* David Mach
* John K. Melvin
* Annette Messager
* Youri Messen-Jaschin
* Orlando Mohorovic
* Cornelia Parker
* Judy Pfaff
* Liz Phillips
* Arne Quinze
* Maria Reidelbach
* Rene Rietmeyer
* Ken Rinaldo
* Don Ritter
* David Rokeby
* Sandy Skoglund
* Patrice Stellest
* Nathaniel Stern
* Sarah Sze
* Massimo Taccon
* Yoko Terauchi
* James Turrell
* Camille Utterback
* Bill Viola
* Banks Violette
* Matej Andraz Vogrincic
* Elisabeth Wierzbicka Wela
Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Seni_instalasi
SENI PERTUNJUKAN
Seni pertunjukan (Bahasa Inggris: performance art) adalah karya seni
yang melibatkan aksi individu atau kelompok di tempat dan waktu
tertentu. Seni performance biasanya melibatkan empat unsur: waktu,
ruang, tubuh si seniman dan hubungan seniman dengan penonton.
Meskipun seni performance bisa juga dikatakan termasuk di dalamnya
kegiatan-kegiatan seni mainstream seperti teater, tari, musik dan
sirkus, tapi biasanya kegiatan-kegiatan seni tersebut pada umumnya lebih
dikenal dengan istilah ‘seni pertunjukan’ (performing arts). Seni
performance adalah istilah yang biasanya mengacu pada seni konseptual
atau avant garde yang tumbuh dari seni rupa dan kini mulai beralih ke
arah seni kontemporer.
[sunting] Jenis seni pertunjukan
1. seni akrobat,
2. mengamen,
3. komedi/lawak,
4.
tari,
5. pentas
musik,
6.
opera,
7.
teater
8.
film dan lain-lain.
Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Seni_pertunjukan
SENI TRADISIONAL
Seni tradisional adalah unsur kesenian yang menjadi bagian hidup
masyarakat dalam suatu kaum/puak/suku/bangsa tertentu. Tradisional
adalah aksi dan tingkah laku yang keluar alamiah karena kebutuhan dari
nenek moyang yang terdahulu. Tradisi adalah bagian dari tradisional
namun bisa musnah karena ketidamauan masyarakat untuk mengikuti tradisi
tersebut.
Daftar isi
* 1 Seni tradisional di Indonesia
o 1.1 Seni tradisional di Sumatra
o 1.2 Seni tradisional di Jawa
o 1.3 Seni tradisional di Kalimantan
o 1.4 Seni tradisional di Sulawesi
o 1.5 Seni tradisional di Nusa Tenggara
o 1.6 Seni Tradisional di Maluku
o 1.7 Seni tradisional di Papua
* 2 Jenis seni tradisional
o 2.1 Alat tabuh
o 2.2 Alat tiup
o 2.3 Alat gesek
o 2.4 Alat petik
o 2.5 Drama & seni tari
o 2.6 Olahraga & permainan
Seni tradisional di Indonesia
Seni tradisional di Sumatra
* Seni Tradisional Aceh
* Seni Tradisional Gayo
* Seni Tradisional Melayu
o Seni Tradisional Melayu – Sumatra Timur
o Seni Tradisional Melayu – Riau
o Seni Tradisional Melayu – Jambi
* Seni Tradisional Karo
* Seni Tradisional Batak
o Seni Tradisional Batak – Simalungun
o Seni Tradisional Batak – Tapanuli Utara
o Seni Tradisional Batak – Tapanuli Selatan
* Seni Tradisional Minangkabau
* Seni Tradisional Mentawai
* Seni Tradisional Anak Kubu
* Seni Tradisional Bengkulu
* Seni Tradisional Palembang
* Seni Tradisional Bangka-Belitung
* Seni Tradisional Lampung
Seni tradisional di Jawa
* Seni Tradisional Banten
* Seni Tradisional Betawi
* Seni Tradisional Sunda
* Seni Tradisional Banyumasan
* Seni Tradisional Jawa
* Seni Tradisional Madura
* Seni Tradisional Osing
Seni tradisional di Kalimantan
* Seni Tradisional Melayu – Kalimantan
* Seni Tradisional Banjar
* Seni Tradisional Dayak
* Seni Tradisional Tidung
Seni tradisional di Sulawesi
* Seni Tradisional Bugis
* Seni Tradisional Buton
* Seni Tradisional Gorontalo
* Seni Tradisional Minahasa
* Seni Tradisional Toraja
* Seni Tradisional Kulawi
Seni tradisional di Nusa Tenggara
* Seni Tradisional Bali
* Seni Tradisional Sasak
* Seni Tradisional Bima
* Seni Tradisional Flores
* Seni Tradisional Sumba
* Seni Tradisional Timor
Seni Tradisional di Maluku
* Seni Tradisional Ambon
* Seni Tradisional Maluku Utara
* Seni Tradisional Kei dan Tanimbar
Seni tradisional di Papua
* Seni Tradisional Asmat
Jenis seni tradisional
Alat tabuh
* Gamelan
* Gendang / Kendang
* Marwas
Alat tiup
* Serunai
* Suling
Alat gesek
* Rebab
Alat petik
* Sitar / Siter
Drama & seni tari
* Bangsawan
* Ketoprak
* Lenong
* Ludruk
* Makyong
* Menora
* Wayang
Olahraga & permainan
* Gasing
* Karapan Sapi
* Kateda [1]
* Main Hadang
* Patok Lele
* Pencak Silat
* Perisaian
* Sepak Takraw
* Zawo-zawo
* Palak Babi
Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Seni_tradisional
SENI KERAMIK
Seni Keramik adalah cabang seni rupa yang mengolah material
keramik
untuk membuat karya seni dari yang bersifat tradisional sampai
kontemporer. Selain itu dibedakan pula kegiatan kriya keramik
berdasarkan prinsip fungsionalitas dan produksinya.
Venus of Dolni Vestonice adalah karya keramik tertua yang pernah ditemukan.
Ceramics di Nove and Bassano
Keramik dari awal sangat populer dengan fungsinya sebagai benda
dekoratif. Hal ini bisa diketahui daripeninggalan Republik Venisia pada
tahun 400an. Dicatat pula bahwa produksi massal dimulai pada abad 17 di
Nove and Bassano del Grappa. Ashura adalah perusahan terpenting di
daerah tersebut.
Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Seni_keramik
DESAIN
ARSITEKTUR
Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam
artian yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang dan membangun
keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan
kota, perancangan perkotaan, arsitektur lansekap, hingga ke level mikro
yaitu desain bangunan, desain perabot dan desain produk. Arsitektur juga
merujuk kepada hasil-hasil proses perancangan tersebut.
Daftar isi
[sembunyikan]
* 1 Ruang lingkup dan keinginan
* 2 Teori dan praktek
* 3 Sejarah
* 4 Kesimpulan
* 5 Lihat pula
* 6 Pranala luar
Ruang lingkup dan keinginan
Menurut Vitruvius di dalam bukunya De Architectura (yang merupakan
sumber tertulis paling tua yang masih ada hingga sekarang), bangunan
yang baik haruslah memilik Keindahan / Estetika (Venustas), Kekuatan
(Firmitas), dan Kegunaan / Fungsi (Utilitas); arsitektur dapat dikatakan
sebagai keseimbangan dan koordinasi antara ketiga unsur tersebut, dan
tidak ada satu unsur yang melebihi unsur lainnya. Dalam definisi modern,
arsitektur harus mencakup pertimbangan fungsi, estetika, dan
psikologis. Namun, dapat dikatakan pula bahwa unsur fungsi itu sendiri
di dalamnya sudah mencakup baik unsur estetika maupun psikologis.
Arsitektur adalah bidang multi-dispilin, termasuk di dalamnya adalah
matematika, sains, seni, teknologi, humaniora, politik, sejarah,
filsafat, dan sebagainya. Mengutip Vitruvius, “Arsitektur adalah ilmu
yang timbul dari ilmu-ilmu lainnya, dan dilengkapi dengan proses
belajar: dibantu dengan penilaian terhadap karya tersebut sebagai karya
seni”. Ia pun menambahkan bahwa seorang arsitek harus fasih di dalam
bidang musik, astronomi, dsb. Filsafat adalah salah satu yang utama di
dalam pendekatan arsitektur. Rasionalisme, empirisisme, fenomenologi
strukturalisme, post-strukturalisme, dan dekonstruktivisme adalah
beberapa arahan dari filsafat yang mempengaruhi arsitektur.
Teori dan praktek
Pentingnya teori untuk menjadi rujukan praktek tidak boleh terlalu
ditekankan, meskipun banyak arsitek mengabaikan teori sama sekali.
Vitruvius berujar: “Praktek dan teori adalah akar arsitektur. Praktek
adalah perenungan yang berkelanjutan terhadap pelaksanaan sebuah proyek
atau pengerjaannya dengan tangan, dalam proses konversi bahan bangunan
dengan cara yang terbaik. Teori adalah hasil pemikiran beralasan yang
menjelaskan proses konversi bahan bangunan menjadi hasil akhir sebagai
jawaban terhadap suatu persoalan. Seorang arsitek yang berpraktek tanpa
dasar teori tidak dapat menjelaskan alasan dan dasar mengenai
bentuk-bentuk yang dia pilih. Sementara arsitek yang berteori tanpa
berpraktek hanya berpegang kepada “bayangan” dan bukannya substansi.
Seorang arsitek yang berpegang pada teori dan praktek, ia memiliki
senjata ganda. Ia dapat membuktikan kebenaran hasil rancangannya dan
juga dapat mewujudkannya dalam pelaksanaan”.
Sejarah
Arsitektur lahir dari dinamika antara kebutuhan (kebutuhan kondisi lingkungan yang kondusif, keamanan, dsb), dan cara (
bahan bangunan yang tersedia dan
teknologi konstruksi).
Arsitektur prasejarah dan primitif merupakan tahap awal dinamika ini.
Kemudian manusia menjadi lebih maju dan pengetahuan mulai terbentuk
melalui tradisi lisan dan praktek-praktek, arsitektur berkembang menjadi
ketrampilan.
Pada tahap ini lah terdapat proses uji coba, improvisasi, atau peniruan
sehingga menjadi hasil yang sukses. Seorang arsitek saat itu bukanlah
seorang figur penting, ia semata-mata melanjutkan tradisi.
Arsitektur Vernakular lahir dari pendekatan yang demikian dan hingga kini masih dilakukan di banyak bagian dunia.
Permukiman manusia di masa lalu pada dasarnya bersifat
rural. Kemudian timbullah surplus produksi, sehingga masyarakat rural berkembang menjadi masyarakat
urban. Kompleksitas
bangunan dan tipologinya pun meningkat. Teknologi pembangunan fasilitas umum seperti jalan dan jembatan pun berkembang. Tipologi
bangunan
baru seperti sekolah, rumah sakit, dan sarana rekreasi pun bermunculan.
Arsitektur Religius tetap menjadi bagian penting di dalam masyarakat.
Gaya-gaya arsitektur berkembang, dan karya tulis mengenai arsitektur
mulai bermunculan. Karya-karya tulis tersebut menjadi kumpulan aturan (
kanon)
untuk diikuti khususnya dalam pembangunan arsitektur religius. Contoh
kanon ini antara lain adalah karya-karya tulis oleh Vitruvius, atau
Vaastu Shastra dari
India purba. Di periode
Klasik dan
Abad Pertengahan Eropa,
bangunan bukanlah hasil karya arsitek-arsitek individual, tetapi asosiasi profesi (
guild) dibentuk oleh para artisan / ahli keterampilan
bangunan untuk mengorganisasi proyek.
Pada masa
Pencerahan,
humaniora dan penekanan terhadap individual menjadi lebih penting
daripada agama, dan menjadi awal yang baru dalam arsitektur. Pembangunan
ditugaskan kepada arsitek-arsitek individual –
Michaelangelo,
Brunelleschi,
Leonardo da Vinci – dan kultus individu pun dimulai. Namun pada saat itu, tidak ada pembagian tugas yang jelas antara
seniman,
arsitek, maupun
insinyur
atau bidang-bidang kerja lain yang berhubungan. Pada tahap ini, seorang
seniman pun dapat merancang jembatan karena penghitungan struktur di
dalamnya masih bersifat umum.
Bersamaan dengan penggabungan pengetahuan dari berbagai bidang ilmu (misalnya
engineering), dan munculnya bahan-bahan
bangunan baru serta teknologi, seorang arsitek menggeser fokusnya dari aspek teknis
bangunan menuju ke
estetika.
Kemudian bermunculanlah “arsitek priyayi” yang biasanya berurusan
dengan bouwheer (klien)kaya dan berkonsentrasi pada unsur visual dalam
bentuk yang merujuk pada contoh-contoh historis. Pada abad ke-19,
Ecole des Beaux Arts di Prancis melatih calon-calon arsitek menciptakan sketsa-sketsa dan gambar cantik tanpa menekankan konteksnya.
Sementara itu,
Revolusi Industri
membuka pintu untuk konsumsi umum, sehingga estetika menjadi ukuran
yang dapat dicapai bahkan oleh kelas menengah. Dulunya produk-produk
berornamen estetis terbatas dalam lingkup keterampilan yang mahal,
menjadi terjangkau melalui produksi massal. Produk-produk sedemikian
tidaklah memiliki keindahan dan kejujuran dalam ekspresi dari sebuah
proses produksi.
Ketidakpuasan terhadap situasi sedemikian pada awal abad ke-20 melahirkan pemikiran-pemikiran yang mendasari
Arsitektur Modern, antara lain,
Deutscher Werkbund
(dibentuk 1907) yang memproduksi obyek-obyek buatan mesin dengan
kualitas yang lebih baik merupakan titik lahirnya profesi dalam bidang
desain industri. Setelah itu, sekolah
Bauhaus
(dibentuk di Jerman tahun 1919) menolak masa lalu sejarah dan memilih
melihat arsitektur sebagai sintesa seni, ketrampilan, dan teknologi.
Ketika Arsitektur Modern mulai dipraktekkan, ia adalah sebuah pergerakan
garda depan
dengan dasar moral, filosofis, dan estetis. Kebenaran dicari dengan
menolak sejarah dan menoleh kepada fungsi yang melahirkan bentuk.
Arsitek lantas menjadi figur penting dan dijuluki sebagai “master”.
Kemudian arsitektur modern masuk ke dalam lingkup produksi masal karena
kesederhanaannya dan faktor ekonomi.
Namun, masyarakat umum merasakan adanya penurunan mutu dalam arsitektur modern pada tahun
1960-an,
antara lain karena kekurangan makna, kemandulan, keburukan,
keseragaman, serta dampak-dampak psikologisnya. Sebagian arsitek
menjawabnya melalui
Arsitektur Post-Modern dengan usaha membentuk arsitektur yang lebih dapat diterima umum pada tingkat visual, meski dengan mengorbankan kedalamannya.
Robert Venturi berpendapat bahwa “gubuk berhias /
decorated shed” (
bangunan
biasa yang interior-nya dirancang secara fungsional sementara
eksterior-nya diberi hiasan) adalah lebih baik daripada sebuah “bebek /
duck” (
bangunan di mana baik bentuk dan fungsinya menjadi satu). Pendapat Venturi ini menjadi dasar pendekatan Arsitektur Post-Modern.
Sebagian arsitek lain (dan juga non-arsitek) menjawab dengan
menunjukkan apa yang mereka pikir sebagai akar masalahnya. Mereka merasa
bahwa arsitektur bukanlah perburuan filosofis atau estetis pribadi oleh
perorangan, melainkan arsitektur haruslah mempertimbangkan kebutuhan
manusia sehari-hari dan menggunakan teknologi untuk mencapai lingkungan
yang dapat ditempati.
Design Methodology Movement yang melibatkan orang-orang seperti
Chris Jones atau
Christopher Alexander
mulai mencari proses yang lebih inklusif dalam perancangan, untuk
mendapatkan hasil yang lebih baik. Peneilitian mendalam dalam berbagai
bidang seperti perilaku, lingkungan, dan humaniora dilakukan untuk
menjadi dasar proses perancangan.
Bersamaan dengan meningkatnya kompleksitas
bangunan,arsitektur
menjadi lebih multi-disiplin daripada sebelumnya. Arsitektur sekarang
ini membutuhkan sekumpulan profesional dalam pengerjaannya. Inilah
keadaan profesi arsitek sekarang ini. Namun demikian, arsitek individu
masih disukai dan dicari dalam perancangan
bangunan yang bermakna simbol budaya. Contohnya, sebuah museum senirupa menjadi lahan eksperimentasi gaya
dekonstruktivis sekarang ini, namun esok hari mungkin sesuatu yang lain.
Kesimpulan
bangunan adalah produksi manusia yang paling kasat mata. Namun, kebanyakan
bangunan
masih dirancang oleh masyarakat sendiri atau tukang-tukang batu di
negara-negara berkembang, atau melalui standar produksi di negara-negara
maju. Arsitek tetaplah tersisih dalam produksi
bangunan. Keahlian arsitek hanya dicari dalam pembangunan tipe
bangunan yang rumit, atau
bangunan
yang memiliki makna budaya / politis yang penting. Dan inilah yang
diterima oleh masyarakat umum sebagai arsitektur. Peran arsitek, meski
senantiasa berubah, tidak pernah menjadi yang utama dan tidak pernah
berdiri sendiri. Selalu akan ada dialog antara masyarakat dengan sang
arsitek. Dan hasilnya adalah sebuah dialog yang dapat dijuluki sebagai
arsitektur, sebagai sebuah produk dan sebuah disiplin ilmu.
DESAIN GRAFIS
Desain grafis adalah suatu bentuk komunikasi visual yang menggunakan
gambar untuk menyampaikan informasi atau pesan seefektif mungkin. Dalam
desain grafis, teks juga dianggap gambar karena merupakan hasil
abstraksi simbol-simbol yang bisa dibunyikan. Desain grafis diterapkan
dalam desain komunikasi dan fine art. Seperti jenis desain lainnya,
desain grafis dapat merujuk kepada proses pembuatan, metoda merancang,
produk yang dihasilkan (rancangan), atau pun disiplin ilmu yang
digunakan (desain).
Seni desain grafis mencakup kemampuan kognitif dan keterampilan
visual, termasuk di dalamnya tipografi, ilustrasi, fotografi, pengolahan
gambar, dan tata letak.
Daftar isi
[sembunyikan]
* 1 Batasan Media
* 2 Prinsip dan unsur desain
* 3 Peralatan desain grafis
* 4 Daftar Software Desain Grafis
o 4.1 Desktop publishing
o 4.2 Webdesign
o 4.3 Audiovisual
o 4.4 Rendering 3 Dimensi
Batasan Media
Desain grafis pada awalnya diterapkan untuk media-media statis,
seperti buku, majalah, dan brosur. Sebagai tambahan, sejalan dengan
perkembangan zaman, desain grafis juga diterapkan dalam media
elektronik, yang sering kali disebut sebagai desain interaktif atau
desain multimedia.
Batas dimensi pun telah berubah seiring perkembangan pemikiran
tentang desain. Desain grafis bisa diterapkan menjadi sebuah desain
lingkungan yang mencakup pengolahan ruang.
Prinsip dan unsur desain
Unsur dalam desain grafis sama seperti unsur dasar dalam disiplin
desain lainnya. Unsur-unsur tersebut (termasuk shape, bentuk (form),
tekstur, garis, ruang, dan warna) membentuk prinsip-prinsip dasar desain
visual. Prinsip-prinsip tersebut, seperti keseimbangan (balance), ritme
(rhythm), tekanan (emphasis), proporsi (“proportion”) dan kesatuan
(unity), kemudian membentuk aspek struktural komposisi yang lebih luas.
Peralatan desain grafis
Peralatan yang digunakan oleh desainer grafis adalah ide, akal, mata,
tangan, alat gambar tangan, dan komputer. Sebuah konsep atau ide
biasanya tidak dianggap sebagai sebuah desain sebelum direalisasikan
atau dinyatakan dalam bentuk visual.
Pada pertengahan 1980, kedatangan desktop publishing serta pengenalan
sejumlah aplikasi perangkat lunak grafis memperkenalkan satu generasi
desainer pada manipulasi image dengan komputer dan penciptaan image 3D
yang sebelumnya adalah merupakan kerja yang susah payah. Desain grafis
dengan komputer memungkinkan perancang untuk melihat hasil dari tata
letak atau perubahan tipografi dengan seketika tanpa menggunakan tinta
atau pena, atau untuk mensimulasikan efek dari media tradisional tanpa
perlu menuntut banyak ruang.
Seorang perancang grafis menggunakan sketsa untuk mengeksplorasi
ide-ide yang kompleks secara cepat, dan selanjutnya ia memiliki
kebebasan untuk memilih alat untuk menyelesaikannya, dengan tangan atau
komputer.
Daftar Software Desain Grafis
Ada beberapa software yang digunakan dalam desain grafis:
Desktop publishing
* Adobe Photoshop
* Adobe Illustrator
* Adobe Indesign
* Coreldraw
* GIMP
* Inkscape
* Adobe Freehand
* Adobe image ready
Webdesign
* Macromedia Dreamweaver
* Microsoft Frontpage
* Notepad
Audiovisual
* Adobe After Effect
Rendering 3 Dimensi
* 3D StudioMax
* Maya
* AutoCad
Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Desain_grafis
KRIYA
Kursi rotan sebagai hasil karya kriya
* Kriya tekstil
* Kriya kayu
* Kriya keramik
* Kriya rotan
Lihat jg :
Seni rupa Islam
Seni rupa Islam adalah seni rupa yang berkembang pada masa lahir
hingga akhir masa keemasan Islam. Rentang ini bisa didefinisikan
meliputi Jazirah Arab, Afrika Utara, Timur Tengah, dan Eropa sejak mulai
munculnya Islam pada 571 M hingga mulai mundurnya kekuasaan Turki
Ottoman. Walaupun sebenarnya Islam dan keseniannya tersebar jauh lebih
luas daripada itu dan tetap bertahan hingga sekarang.
Seni rupa Islam adalah suatu bahasan yang khas dengan prinsip seni
rupa yang memiliki kekhususan jika dibandingkan dengan seni rupa yang
dikenal pada masa ini. Tetapi perannya sendiri cukup besar di dalam
perkembangan seni rupa modern. Antara lain dalam pemunculan unsur
kontemporer seperti abstraksi dan filsafat keindahan. Seni rupa Islam
juga memunculkan inspirasi pengolahan kaligrafi menjadi motif hias.
Dekorasi di seni rupa Islam lebih banyak untuk menutupi sifat asli
medium arsitektur daripada yang banyak ditemukan pada masa ini,
perabotan. Dekorasi ini dikenal dengan istilah arabesque.
Peninggalan seni rupa Islam banyak berbentuk masjid, istana, ilustrasi buku, dan permadani.
Daftar isi
* 1 Ciri dan periodisasi
o 1.1 Seni rupa asli Jazirah Arab
o 1.2 Seni rupa Umayyah
o 1.3 Seni rupa Abbasyiah
o 1.4 Seni rupa Turki
o 1.5 Seni rupa Kordoba
* 2 Kontroversi hukum seni rupa
* 3 Lihat pula
* 4 Referensi
* 5 Pranala luar
Ciri dan periodisasi
Masjid AlAqsa, simbol kekayaan seni rupa Islam
Seni rupa Islam tidak berdiri sendiri seperti Seni rupa Buddha
ataupun Barat. Ia merupakan gabungan dari kesenian daerah-daerah
taklukan akibat adanya ekspansi oleh kerajaan bercorak Islam di sekitar
Timur Tengah, Afrika Utara, Asia Kecil, dan Eropa dan penakulukan oleh
bangsa Mongol. Daerah ini didefinisikan sebagai Persia, Mesir, Moor,
Spanyol, Bizantium, India, Mongolia, dan Seljuk. Selain itu ditemukan
pula pengaruh akibat hubungan dagang, seperti Tiongkok. Ini disebabkan
miskinnya seni rupa asli Arab pada saat itu walaupun dalam bidang sastra
dan musik sebenarnya memperlihatkan hal yang menakjubkan. Keberagaman
pengaruh inilah yang membuat seni rupa Islam sangat kaya.
Hal ini terutama bisa dilihat dari arsitektur Islam yang memperlihatkan gabungan corak dari berbagai daerah.
Seni rupa asli Jazirah Arab
Seni rupa asli Jazirah Arab bisa terlihat dari arsitektur di sekitar
wilayah Makkah dan Madinah. Kedua kota ini merupakan pusat pemerintahan
pada masa Nabi Muhammad.
Biasanya arsitektur asli Jazirah Arab berupa bentuk bangunan segi
empat sederhana yang difungsikan sebagai tempat ibadah. Bagian tengah
merupakan lapangan terbuka dengan dikelilingi pilar, dinding, dan
kamar-kamar. Lapangan berfungsi sebagai tempat salat berjamaah dan di
bagian depan kiblat terdapat mimbar untuk khatib yang memberikan ceramah
keagamaan.
Contoh bangunan yang masih memperlihatkan ciri arsitektur ini adalah Masjid Nabawi.
Seni rupa Umayyah
Masjid Umayyah, Syria
Seni rupa pada zaman Umayyah banyak dipengaruhi oleh kesenian
Bizantium, sebagai akibat dipindahkannya pusat pemerintahan Islam dari
Makkah ke Syria. Seni rupa ini banyak memperlihatkan ciri seni rupa
kristen awal, yaitu bentuk-bentuk basilika dan menara. Seperti bisa
dilihat di Masjid Umayyah yang awalnya adalah Gereja Johannes di
Damaskus. Interior masjid ini digarap seniman-seniman Yunani dari
Konstantinopel.
Pada masa ini ragam hias mosaik dan stucco yang dipengaruhi oleh
pengulangan geometris sebagai tanda berkembang pesatnya ilmu
pengetahuan. Selain itu ciri khas lapangan di tengah masjid mulai
diganti oleh ruangan besar yang ditutup kubah.
Pada masa ini pula dikenal kalifah yang sangat memperhatikan
kelestarian masjid-masjid, yaitu Kalifah Abdul Malik dan Kalifah
Al-walid. Kalifah Abdul Malik membangun Kubah Batu Karang (dikenal pula
dengan nama Masjid Quber esh Sakhra dan Masjid Umar) sebagai pengingat
tempat dinaikkannya Nabi Muhammad ke langit pada peristiwa Isra-Miraj.
Selain itu dibangun pula Masjid Al Aqsa.
Dinasti Umayyah juga meninggalkan banyak istana yang memiliki ciri
tersendiri, yaitu bangunan di tengah-tengah gurun pasir yang terasing,
walaupun kini banyak yang telah rusak. Contohnya adalah Istana Kusair
Amra.
Seni rupa Abbasyiah
Perkembangan seni rupa periode ini dimulai sejak tahun 747 M sebagai
akibat keruntuhan Dinasti Umayyah akibat revolusi oleh Keluarga
Abbasiyah bersama kelompok Syiah. Seni rupa ini terkonsentrasi di pusat
pemerintahan baru di daerah Baghdad dan kemudian pindah ke Sammara,
Persia (sekarang wilayah Iran dan Irak). Walaupun sebenarnya Baghdad
adalah pusat pemerintahan dan kebudayaan, namun penyerangan oleh bangsa
Mongol membuat hampir seluruh peninggalan di daerah ini musnah, sehingga
bukti karya lebih banyak didapat di daerah-daerah sekitarnya.
Seni rupa pada zaman ini maju akibat lancarnya perdagangan dengan
bangsa Syria, Tiongkok, India, dan bahkan Nusantara. Selain itu dimulai
banyak penerjemahan tulisan-tulisan kuno Yunani, sehingga seni
ilustrasi berkembang.
Peninggalan penting dari masa ini adalah Masjid Mutawakkil, Masjid
Abu Delif, dan bekas istana kalifah. Masjid pada zaman ini berciri mirip
bangunan kuno mesopotamia, yaitu menara yang semakin mengecil di bagian
ujungnya dan motif hias abjad Kufa, yaitu motif hias dari kaligrafi
berbentuk tajam dan kaku. Selain itu ditemukan bentuk tiang melengkung.
Pindahnya kekuasaan dari keluarga Abbasyiah ke Fatimiyah dan
dipindahkannya ibukota ke Mesir membuat pengaruh seni Afrika Utara
menjadi kuat.
Seni rupa Turki
Pengaruh Turki didapat dari penaklukan Iran oleh bangsa Turki pada
abad 11 M. Di bawah kekuasaan ini Bizantium, Iran, Mesopotamia, dan Asia
Kecil bersatu di bawah kerajaan bercorak Islam.
Pada masa ini seni rupa yang berkembang adalah dekorasi dan tekstil.
Antara lain ditemukan teknik hias batu bata. Selain itu ditemukan
kaligrafi dengan abjad nashi dan juga banyak pengaruh keramik-keramik
Tiongkok dari dinasti Sung.
Seni rupa Kordoba
Dimulai pada tahun 750, Seni rupa Kordoba meliputi daerah Spanyol dan
Moor. Contoh peninggalannya adalah Masjid Kordoba. Ia merupakan
gabungan kesenian Yunani klasik dan kesenian lokal yang tidak
terorganisasi dengan baik menjadi satu kesatuan. Ciri utamanya adalah
pelengkung tapal kuda.
Ciri khas seni rupa dari Moor adalah pemakaian motif yang diinspirasi oleh pengulangan ilmu ukur.
Kontroversi hukum seni rupa
Tatakan lilin dari Iran berbentuk hewan, kini di Museum Louvre
Ada banyak sekali pendapat mengenai seni rupa di dalam Islam.
Pandangan kaum konservatif yang populer pada awal kemunculan Islam
beranggapan bahwa segala bentuk peniruan adalah usaha menyaingi
kesempurnaan Tuhan dan wujud keinginan menciptakan Tuhan baru. Tetapi
banyak pula yang menyatakan bahwa bagaimanapun hasil penciptaan manusia
tetap tidak akan bisa menyamai apa yang telah diciptakan Tuhan ataupun
Tuhan itu sendiri, sehingga seni rupa tidak bisa dianggap penjiplakan
saja, tetapi diiringi pula dengan stilasi yang memperlihatkan keagungan
Pencipta. Sementara pendapat lain terbentuk atas pengaruh kebudayaan
Eropa, yang menganggap proses seni rupa adalah hal normal, ia sama
sekali tidak bisa dianggap sebagai usaha menciptakan makhluk baru
ataupun Tuhan baru, sehingga sama sekali tidak perlu dilarang.
Bagaimanapun sangat sulit menemukan peninggalan seni patung dari seni
rupa Islam, karena sejarahnya yang berhubungan langsung dengan tindakan
berhala. Tetapi tidak sulit menemukan bentuk-bentuk makhluk hidup dalam
bentuk perabotan. Juga dengan mudah bisa ditemukan lukisan-lukisan di
dinding istana dan gambar ilustrasi untuk buku-buku terjemahan ilmu
pengetahuan walaupun hanya sebagai tiruan dari ilustrasi buku aslinya.
Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Seni_rupa_Islam
SENI KONTEMPORER
Seni Kontemporer adalah salah satu cabang seni yang terpengaruh
dampak modernisasi.Kontemporer itu artinya kekinian, modern atau lebih
tepatnya adalah sesuatu yang sama dengan kondisi waktu yang sama atau
saat ini. Jadi Seni kontemporer adalah seni yang tidak terikat oleh
aturan-aturan zaman dulu dan berkembang sesuai zaman sekarang. Lukisan
kontemporer adalah karya yang secara tematik merefleksikan situasi waktu
yang sedang dilalui. Misalnya lukisan yang tidak lagi terikat pada
Rennaissance. Begitu pula dengan tarian, lebih kreatif dan modern.
Kata “kontemporer” yang berasal dari kata “co” (bersama) dan “tempo”
(waktu). Sehingga menegaskan bahwa seni kontemporer adalah karya yang
secara tematik merefleksikan situasi waktu yang sedang dilalui. Atau
pendapat yang mengatakan bahwa “seni rupa kontemporer adalah seni yang
melawan tradisi modernisme Barat”. Ini sebagai pengembangan dari wacana
postmodern dan postcolonialism yang berusaha membangkitkan wacana
pemunculan indegenous art. Atau khasanah seni lokal yang menjadi tempat
tinggal (negara) para seniman.
Secara awam seni kontemporer bisa diartikan sebagai berikut:
1. Tiadanya sekat antara berbagai disiplin seni, alias meleburnya
batas-batas antara seni lukis, patung, grafis, kriya, teater, tari,
musik, anarki, omong kosong, hingga aksi politik.
2. Punya gairah dan nafsu “moralistik” yang berkaitan dengan matra sosial dan politik sebagai tesis.
3. Seni yang cenderung diminati media massa untuk dijadikan komoditas pewacanaan, sebagai aktualitas berita yang fashionable.
Seni kontemporer dan seni posmodern
Kaitan seni kontemporer dan (seni) postmodern, menurut pandangan
Yasraf Amir Piliang, pemerhati seni, pengertian seni kontemporer adalah
seni yang dibuat masa kini, jadi berkaitan dengan waktu. Sedangkan seni
postmodern adalah seni yang mengumpulkan idiom-idiom baru. Lebih
jelasnya dikatakan bahwa tidak semua seni masa kini (kontemporer) itu
bisa dikategorikan sebagai seni posmodern, seni posmodern sendiri di
satu sisi memberi pengertian, memungut masa lalu tetapi di sisi lain
juga melompat kedepan (bersifat futuris).
Perkembangan seni kontemporer Indonesia
Dalam seni rupa Indonesia, istilah kontemporer muncul awal 70-an,
ketika Gregorius Sidharta menggunakan istilah kontemporer untuk menamai
pameran seni patung pada waktu itu. Suwarno Wisetrotomo, seorang
pengamat seni rupa, berpendapat bahwa seni rupa kontemporer pada konsep
dasar adalah upaya pembebasan dari kontrak-kontrak penilaian yang sudah
baku atau mungkin dianggap usang.
Konsep modernisasi telah merambah semua bidang seni ke arah
kontemporer ini. Paling menyolok terlihat di bidang tari dan seni lukis.
Seni tari tradisional mulai tersisih dari acara-acara televisi dan
hanya ada di acara yang bersifat upacara atau seremonial saja.
Seperti diungkapkan Humas Pasar Tari Kontemporer di Pusat Latihan
Tari (PLT) Sanggar Laksamana Pekanbaru yang tidak hanya diminati para
koreografer tari dalam negeri tetapi juga koreografer tari asing yang
berasal dari luar negeri. Sebanyak 18 koreografer tari baik dari dalam
maupun luar negeri menyatakan siap unjuk kebolehan dalam pasar tari
kontemporer tersebut. “Para koreografer sudah tiba di Pekanbaru, mereka
menyatakan siap unjuk kebolehan dalam pasar tari itu,” ujar Humas Pasar
Tari Kontemporer, Yoserizal Zen di Pekanbaru[1].
Lukisan kontemporer semakin melejit seiring dengan meningkatnya
konsep hunian minimalis, terutama di kota-kota besar. Seperti
diungkapkan oleh seniman lukis kontemporer Saptoadi Nugroho dari galeri
Tujuh Bintang Art Space Yogyakarta, “Lukisan kontemporer semakin
diminati seiring dengan merebaknya konsep perumahan minimalis terutama
di kota-kota besar. Akan sulit diterima bila kita memasang lukisan
pemandangan, misalnya sedangkan interior ruangannya berkonsep
modern.”[2]
Hal yang senada diungkap oleh kolektor lukisan kontemporer, “Saya
mengoleksi lukisan karena mencintai karya seni. Kalaupun nilainya naik,
itu bonus,” kata Oei Hong Djien, kolektor dan kurator lukisan ternama
dari Magelang. Begitu juga Biantoro Santoso, kolektor lukisan sekaligus
pemilik Nadi Gallery. “Saya membeli karena saya suka. Walaupun harganya
tidak naik, tidak masalah,” timpalnya.
Oei dan Biantoro tak pernah menjual koleksinya. Oei memilih untuk
memajang lebih dari 1.000 bingkai lukisannya di museum pribadinya.
Karya-karya besar dari Affandi, Basuki Abdullah, Lee Man Fong,
Sudjojono, Hendra Gunawan, dan Widayat terpampang di sana bersama
karya-karya pelukis muda.
Pendapat lain dari Yustiono, staf pengajar FSRD ITB, melihat bahwa
seni rupa kontemporer di Indonesia tidak lepas dari pecahnya isu
posmodernisme (akhir 1993 dan awal 1994), yang menyulut perdebatan dan
perbincangan luas baik di seminar-seminar maupun di media massa pada
waktu itu.
Diperoleh dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Seni_kontemporer
Like this:
Be the first to like this page.
Saya sudah membaca yang perihal patung namun kog tidak menyentuh fakta bahwa patung batu karya suku bangsa SHONA yang lebih banyak menetap di Zimbabwe tidak di sebutkan sama sekali? Padahal literatur lainnya kerap menyatakan sebagai karya patung batu terbaik di dunia.
Saya mengundang Mas untuk mengunjungi http://dpkomala.blogspot.com untuk melihat beberapa patung suku bangsa SHONA koleksi saya. Ada beberapa karya seni lukis dari Zimbabwe, South Africa, Zambia, dan Kenya juga.
Salam Senirupa,
DP Komala